SANTRI DEVELOPER – Simak cara atasi quarter life crisis ‘krisis seperempat kehidupan’ yang saat ini sedang tren di kalangan orang yang berusia 25-30 tahun.
Quarter life crisis merupakan fase ketika seseorang mengalami depresi dan khawatir akan ketidakpastian masa depan. Fase ini dan seringkali mempengaruhi motivasi hidup seseorang.
Seseorang yang berada di fase quarter life crisis biasanya merasa kehilangan arah dan tujuan hidup, sehingga sulit mengenali potensi diri dan takut gagal.
Ini adalah sesuatu yang normal dan semua orang pasti merasakan berbagai perasaan negatif ketika berada di fase ini.
Meski begitu, Allah subhanahu wa ta’ala telah mengatur rezeki masing-masing manusia. Sebagaimana melansir dari laman balitbangdiklat.kemenag.go.id, pada surah Hud ayat 6, Allah subhanahu wa ta’ala telah menjamin rezeki setiap makhluk:
وَمَا مِن دَابَّةٍ فِي الْأَرْضِ إِلَّا عَلَى اللَّهِ رِزْقُهَا وَيَعْلَمُ مُسْتَقَرَّهَا وَمُسْتَوْدَعَهَا كُلٌّ فِي كِتَابٍ مُّبِينٍ
Artinya: ‘’Tidak ada satu makhluk melatapun yang bergerak di atas bumi ini yang tidak dijamin Allah rezekinya.’’
Meski Allah subhanahu wa ta’ala telah menjamin rezeki masing-masing manusia, terkadang perasaan khawatir berlebihan pada fase ini memang tidak mudah, bahkan membuat seseorang menjadi stres tidak tertolong.
Sebab itu, fase quarter life crisis memerlukan solusi yang manjur untuk mengatasinya dan penting untuk menyikapinya dengan bijak.
Berikut adalah tips menghadapi fase krisis seperempat kehidupan dari mantan menteri Agama tahun 1998, yaitu Prof. Dr. AG. K.H. Al-Habib Muhammad Quraish Shihab, Lc., M.A dalam YouTube Najwa Shihab.
Cari penyebab kekhawatiran ketika memasuki fase quarter life crisis
Rasa khawatir dan takut yang timbul dari dalam diri manusia adalah hal yang wajar terjadi. Perasaan tersebut memang sulit hilang.
‘’Rasa khawatir, rasa takut itu manusiawi. Tidak ada orang yang tidak takut. Tetapi, ada kiat yang harus dilakukan untuk mengurangi rasa takut itu,’’ ujar K.H. Al-Habib Muhammad Quraish Shihab, Lc., M.A.
‘’Kita tidak boleh menghilangkan rasa takut karena hilangnya rasa takut dapat menimbulkan kecerobohan. Tetapi pada saat yang sama, kita tidak perlu membesar-besarkan rasa takut,’’ terangnya lagi.
Fase ini juga membuat seseorang menjadi takut gagal dan cemas ketika melihat orang lain menjadi lebih sukses dalam karir maupun hubungan.
Sebagai contoh, ketika mengetahui bahwa teman dekat bisa memiliki tabungan ratusan juta, pekerjaan yang mapan, dan sudah mendapat pasangan yang tepat.
Lalu, jadi muncul kecemasan dan merasa gagal karena tidak mendapatkan kesuksesan yang sama seperti orang tersebut.
Beliau juga berpesan bahwa kita tidak boleh takut menjadi tidak sukses dan harus senantiasa berusaha untuk meraih kesuksesan.
Kesuksesan seseorang memang memiliki waktu yang berbeda, sehingga tidak bisa dipatok berdasarkan usia tua atau muda.
‘’Coba lihat. Sekian banyak orang, setelah umur 50 baru sukses. Jadi, bukan yang ditentukan usianya sudah harus persis sama dia,’’ terang K.H. Al-Habib Muhammad Quraish Shihab, Lc., M.A.
‘’Ada orang yang gagal, lalu depresi, itu adalah hal yang salah. Mengapa tidak mencontoh semut? Memikul jauh lebih besar dari badannya. Berkali-kali jatuh, jatuh, lalu berhasil,’’ tambahnya.
Mengambil hikmah dari kisah Ibnu Hajar
Setelah berkali-kali gagal, muncul rasa putus asa dalam diri manusia karena tak kunjung mendapatkan keberhasilan yang hakiki dalam kehidupan yang hanya sementara ini.
Mantan menteri Agama tahun 1998 tersebut juga menceritakan kisah Ibnu Hajar yang mendapat julukan Putra Batu. Ibnu Hajar sukses menjadi ulama besar karena tidak mudah putus asa dalam belajar dan berusaha.
‘’Ada ulama namanya Ibnu Hajar, putra batu. Kenapa? Dia gagal di sekolahnya. Dia ke sungai, dia lihat tetesan air sedikit demi sedikit menimpa batu, sampai berlubang batu itu,’’ jelas K.H. Al-Habib Muhammad Quraish Shihab, Lc., M.A.
‘’Dia sadar, kalau saya seperti ini bisa berhasil. Akhirnya dia berhasil menjadi ulama besar namanya Ibnu Hajar, putra batu,’’ tambahnya.
Mantan menteri Agama tahun 1998 tersebut juga berpesan bahwa sangat penting untuk mencari tahu penyebab rasa takut dan tidak perlu membesarkan perasaan tersebut karena belum tentu terjadi dalam kehidupan manusia.
”Rasa takut anda itu bisa lebih berbahaya dan lebih besar dampaknya daripada ketakutan bila terjadi,’’ ujar mantan menteri Agama tahun 1998 itu.
Selalu optimis dan menghargai diri sendiri
Rasa takut yang muncul ketika berada di fase ini belum tentu akan menjadi kenyataan. Bisa saja perasaan tersebut hanyalah sebuah khayalan belaka.
Sehingga, sangat penting untuk memasrahkan hasil dari semua usaha yang kita kerjakan hanya kepada Allah subhanahu wa ta’ala.
‘’Jadi, kekhawatiran itu belum tentu terjadi. Di sinilah peranan optimisme. Di sinilah peranan kita kembali kepada Tuhan. Apalagi, kalau ketakutan itu tak bisa dihindari,’’ tutur K.H. Al-Habib Muhammad Quraish Shihab, Lc., M.A.
‘’Ada doa begini, bagus doanya, ‘Ya Allah, kalau memang ketetapan-Mu harus terjadi (kejadian yang tidak menyenangkan). Maka biarlah aku terjatuh. Tapi mohon kiranya aku terjatuh di tumpukan jerami’. Jatuh kan? Tetapi tidak luka,’’ tambahnya.
Selain menonjolkan optimisme, menghargai diri sendiri juga tak kalah pentingnya. Tidak perlu merasa putus asa ketika mendapat kegagalan dan menyiksa diri sendiri karena masih ada jalan lain
‘’Ada orang itu kalau sudah gagal, dia merasa, ‘Memang saya ini tidak benar, memang saya ini tidak berhasil’. Itu namanya tidak mentoleransi diri. Cobalah mentoleransi diri sendiri,’’ pesan K.H. Al-Habib Muhammad Quraish Shihab, Lc., M.A.
Penutup
Begitulah 3 langkah jitu untuk mengatasi depresi akibat quarter life crisis oleh K.H. Al-Habib Muhammad Quraish Shihab, Lc., M.A.
Mulai sekarang coba ubah pola pikir dan terapkan tips di atas supaya tidak mudah putus asa dan senantiasa beriman kepada takdir Allah subhanahu wa ta’ala.