SANTRI DEVELOPER – Seiring berkembangnya dunia kerja dan pesatnya perkembangan teknologi, kini banyak perusahaan yang mulai menerapkan sistem remote working atau bekerja dari jarak jauh.
Bekerja dari jarak jauh memang fleksibel dan lebih praktis. Namun tetap saja sistem pekerjaan ini bisa menimbulkan potensi burnout atau kelelahan baik secara fisik, emosional, maupun mental.
Pekerjaan yang menumpuk, beban kerja yang berat atau pekerjaan yang monoton bisa menjadi salah satu penyebab seorang remote worker berpotensi mengalami burnout.
Tapi tidak perlu khawatir, banyak cara atau hal yang bisa dilakukan agar seorang remote worker bisa menghindari potensi burnout.
Cara Menghindari Burnout bagi Seorang Remote Worker
Bekerja dari jarak jauh memang lebih praktis dan simpel. Tapi tidak menutup kemungkinan, bahwa pola kerja seperti ini tetap berpotensi menyebabkan burnout.
Oleh karena itu, penting bagi seorang remote worker agar bisa menemukan cara untuk menghindari potensi burnout nantinya.
Melansir dari idntimes.com dan tivazo.com, berikut empat cara menghindari burnout bagi seorang remote worker:
1. Buat Jadwal Kerja yang Jelas
Cara menghindari burnout yang pertama adalah buat jadwal kerja yang jelas.
Membuat jadwal jam kerja yang jelas dapat membantu para remote worker mengelola waktu secara lebih efektif dan mengurangi risiko burnout.
Buatlah jadwal kerja yang tetap untuk awal memulai dan berakhirnya waktu kerja. Pisahkan antara jam kerja dan jam pribadi.
Jangan lupa, agar menghindari bekerja di luar jam kerja kecuali benar-benar darurat. Selain itu, bisa menggunakan alarm atau notifikasi untuk menandai berakhirnya waktu kerja.
2. Tetap Terhubung Secara Sosial
Pola kerja remote working yang fleksibel membuat sebagian orang menikmatinya. Hal ini justru membuat para remote worker tanpa sadar menghabiskan waktunya untuk bekerja tanpa beristirahat.
Padahal ini yang berpotensi mengganggu keseimbangan, sehingga kehidupan tidak lagi berjalan terarah.
Oleh karena itu, cara yang kedua ini harus diketahui oleh seorang remote worker yakni memastikan tetap terhubung secara sosial.
Jika selesai bekerja, sebaiknya tetap menjalin interaksi dengan lingkungan sekitar. Terutama orang-orang terdekat.
3. Menentukan Batasan yang Realistis
Cara yang ketiga untuk menghindari burnout adalah menentukan batasan yang realistis.
Sebaiknya seorang remote worker jangan terlalu perfeksionis memaksakan segala sesuatunya harus sempurna. Apalagi, overkomitmen menyelesaikan banyaknya tanggungan yang sudah di luar batas kemampuan.
Jangan sampai sifat perfeksionis itu membuat diri sendiri lupa akan waktu dan akhirnya memicu potensi burnout.
Jadi, penting bagi seorang remote worker untuk mengenali kapasitas diri saat beban sudah di luar batas kemampuan.
4. Menyelingi dengan Istirahat yang Terjadwal
Meskipun pola kerja remote worker ini fleksibel. Tapi alangkah baiknya untuk tidak lupa mengambil jam istirahat di sela waktu yang sudah dibuat dengan jelas.
Misalnya, menerapkan 25 menit bekerja dan 5 menit istirahat. Cara ini dapat menjaga pikiran tetap rileks, sehingga tidak merasa tertekan dengan banyaknya pekerjaan yang harus diselesaikan.
Penutup
Burnout bukanlah kondisi yang baik. Karena ketika terjebak burnout, maka seseorang akan mengalami ketidakstabilan emosi serta pikiran. Jadi, alangkah baiknya kondisi ini harus bisa dihindari agar tidak menghilangkan fleksibilitas dalam menjalani hidup.
Demikian itulah empat cara menghindari burnout bagi seorang remote worker yang bisa dilakukan agar tidak terjebak dalam kondisi burnout.
Wallahu A’lam
Oleh Nurkamala Dewi