6 Tantangan Memulai Usaha Franchise Kuliner di 2025

Usaha Franchise Kuliner

SANTRI DEVELOPERUsaha franchise kuliner adalah waralaba yang banyak diminati di Indonesia. Orang-orang sering menganggap bisnis ini memiliki potensi besar dengan tingkat kegagalan yang rendah.

Melansir dari jurnal.id, franchise atau waralaba, adalah model dagang dimana seseorang membuka cabang usaha dengan menggunakan produk, merk dan sistem bisnis yang sama dengan usaha lain.

Data dari situs kemendag.go.id menyebutkan, sektor kuliner menduduki peringkat pertama sebagai waralaba yang paling diminati pada 2024, mencapai 47%. Menyusul sektor ritel 15,28% dan jasa pelatihan 10,42%.

Angka ini akan terus meningkat seiring perubahan gaya hidup masyarakat. Oleh karena itu, perlu adanya wawasan peluang dan tantangan bagi pelaku usaha agar survive dalam bisnis kuliner.

Berikut enam tantangan memulai usaha kuliner di 2025 yang Insya Allah bermanfaat sebagai bekal memulai usaha kuliner di 2025:

1. Persaingan Bisnis yang Semakin Ketat

Masifnya peningkatan jumlah franchise kuliner di Indonesia mengharuskan adanya inovasi yang fresh. Saat ini, persaingan tidak hanya dengan franchise merek yang sama, tetapi juga dengan merek asing.

Melansir dari kompas.id, Anang Sukandar selaku ketua Asosiasi Franchise Indonesia (AFI) mengungkapkan, sebagian besar pangsa pasar Indonesia dikuasai oleh tujuh ratus waralaba asing per 2022.

Solusinya, adalah berinovasi dengan mengikuti tren kesehatan dan lingkungan. Seperti menjual menu berbahan sehat, sponsor viral dan marketing ramah lingkungan yang akan meningkatkan branding usaha bisnis.

2. Pengembangan Kualitas SDM

Seperti bisnis pada umunya, menjalankan usaha franchise kuliner juga perlu inovasi berkelanjutan dan mempertahankan skill karyawan sebagai aset penting.

Sesuai Peraturan Pemerintah (PP) No. 42 Tahun 2007, perlu adanya pelatihan memadai agar karyawan tidak memiliki mentalitas bisnis asal-asalan. Ini relevan karena karyawan buruk berpotensi merusak reputasi bisnis.

Pemerintah sendiri sebenarnya telah memberi bantuan pelatihan bagi franchise lokal, namun fokusnya hanya pada usaha yang “berhasil” dan pameran. Ini tentu menjadi kesenjangan tersendiri bagi yang baru memulai.

3. Modal Operasional Franchise Kuliner

Biasanya, yang jadi persoalan pelaku usaha franchise kuliner adalah biaya. Mulai dari ongkos lisensi, sewa tempat, setoran bulanan, bahan baku hingga gaji karyawan.

Sebelum memilih, pastikan waralaba memiliki sistem setoran fleksibel dan potensi keuntungan yang menjanjikan. Cari alternatif jika kesulitan modal, dari investor, sponsor atau dana pinjaman dari program pemerintah.

Banyak orang menganggap franchise memiliki risiko kecil. Kenyataannya, potensi ini tetap ada, terutama jika franchisee tidak mampu bersaing dengan bisnis lain.

|| BACA JUGA: Amalan Meningkatkan Omset Bisnis dalam Islam, Simak

4. Perubahan Tren yang Cepat

Dalam industri usaha franchise kuliner di era modern, popularitas memiliki peran penting dalam menentukan perkembangan usaha. Orang biasanya lebih tertarik membeli produk yang sedang viral karena ingin mencoba hal baru.

Promosi melalui media sosial menjadi hal penting untuk mengikuti tren terkini. Franchise yang aktif memanfaatkan konten di TikTok dan Instagram untuk menarik perhatian pembeli biasanya lebih kompetitif.

5. Lokasi Strategis Untuk Berjualan

Lokasi merupakan faktor krusial dalam franchise usaha kuliner. Pertimbangan ini menentukan visibilitas bisnis, untuk dapat menarik banyak pelanggan.

Memilih lokasi sesuai target pasar dapat meningkatkan jumlah pembeli. Misalnya warung kopi yang populer di kalangan mahasiswa dekat kampus, atau warung makan khas tradisional di daerah perkotaan elit.

Lokasi strategis biasanya memerlukan biaya sewa yang tinggi. Hal ini harus perlu pertimbangkan dengan matang agar tidak membebani biaya operasional bisnis.

6. Dominasi Franchise Asing

Pemerintah sebenarnya telah mengantisipasi dominasi waralaba asing dalam Peraturan Pemerintah (PP) No. 42 Tahun 2007. Namun, waralaba lokal masih terpaut jauh dari segi harga, daya tarik dan pemasaran.

Masifnya kehadiran franchise asing seperti McDonald’s, Starbucks, Yoshinoya, dan Lawson, juga mengubah selera masyarakat dan menciptakan kesenjangan, khususnya di daerah tertinggal.

Solusinya adalah menanamkan kearifan lokal, kekeluargaan, kepuasan antara pembeli dan penjual, karena hal ini jarang ditemukan di franchise asing Indonesia.

Memulai usaha franchise kuliner dapat berpeluang besar, namun pelaku bisnis harus siap menghadapi tantangan seperti persaingan ketat, biaya operasional tinggi, dan perubahan tren yang cepat.

Share Artikel :

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *