SANTRI DEVELOPER – Brain rot, istilah ini menjadi kata populer di dunia pada tahun 2024 menurut Oxford Word of the Year. Kecanduan media sosial, menjadi problem para pengguna aktif internet di dunia.
Saat ini, media sosial menjadi sebuah kebutuhan, baik individu maupun komunitas. Penggunaan media sosial berdampak besar bagi perusahaan-perusahaan, untuk memperkenalkan produk dan jasa mereka.
Selain itu, dunia dakwah juga membutuhkan media sosial, sebagai wadah memperluas penyebaran ajaran Islam. Jika melihat lebih jauh, perkembangan media sosial sangatlah bermanfaat bagi kehidupan manusia.
Berdasarkan data APJII (Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet Indonesia) 2024, pengguna internet aktif di Indonesia lebih dari 221 juta orang, angka tersebut mewakili 79,5% dari populasi rakyat Indonesia yang lebih dari 278 jiwa.
Meningkatnya pengguna internet saat ini, menjadi tanda baik di tengah pesatnya kemajuan teknologi. Akan tetapi, banyak fakta terjadi hal ini menjadi buruk, ketika banyaknya pengguna yang tidak bijak dalam bermedia sosial.
Brain rot pun muncul sebagai dampak dari tindakan tersebut. Banyaknya konten berkualitas rendah, tidak memberikan manfaat, mempengaruhi pemikiran seseorang yang turut berdampak terhadap kesehatan.
Istilah Brain Rot
Brain rot dalam bahasa indonesia memiliki arti ‘Pembusukkan otak’. Kata tersebut seakan menerangkan bahwa fungsi otak akan melemah, ketika hal-hal buruk dan tidak berguna masuk ke otak melalui panca indera.
Melansir dari neh.gov, Istilah brain rot telah dirasakan sejak tahun 1845 di Amerika, yang mana beberapa masyarakat merasakan kelelahan akan banyaknya berita yang muncul setiap hari.
Henry David Thoreau seorang penulis transendentalis asal Amerika, dalam bukunya yang terkenal ‘Walden’ tahun 1854, menyatakan telah merasakan keluhan yang sama persis.
Thoreau menyatakan bahwa ekperimen yang ia lakukan, sebagai bentuk pengasingan diri dari sejumlah kesibukan, termasuk siklus berita yang menurutnya tidak berkualitas muncul setiap hari.
Menurut Oxford University Press, brain rot adalah istilah untuk menggambarkan kekhawatiran, tentang dampak mengonsumsi konten daring berkualitas rendah, dalam jumlah berlebihan terutama di media sosial.
Seseorang yang mengonsumsi konten receh di media sosial, akan merasakan kesenangan singkat. Jika hal ini keterusan, akan menjadi kecanduan untuk scrolling, sehingga akhirnya menjadi brain rot.
|| BACA JUGA: Dampak Negatif Media Sosial untuk Kesehatan Mental, Hati-Hati
Ciri dan Cara Mencegah Brain Rot
Istilah brain rot menjadi populer di tahun 2024, akibat dampaknya yang meluas di masyarakat. Istilah ini, berasal dari kecanduan menonton konten singkat di media sosial, seperti video tik tok, reels instagram, dan short youtube.
Aktivitas ini jika dilakukan berlebihan, akan menyita waktu yang banyak. Sehingga tidak sedikit orang yang depresi dan stres, akibat kecanduan dan tidak fokus menjalankan aktivitas lainnya.
Menurut alodokter.com, orang-orang yang mengalami brain rot memiliki ciri di antaranya; sulit lepas dari gadget, sibuk scrolling media sosial saat bersama orang lain, sulit tidur atau insomnia, terlalu sering memeriksa notifikasi ponsel, mata lelah dan sakit kepala setelah menggunakan gadget.
Berikut adalah cara-cara yang dapat dilakukan, agar kebiasaan-kebiasaan tersebut tidak menjadi keterusan dan berdampak buruk bagi kesehatan :
Hentikan Penggunaan Gadget Satu Jam sebelum Tidur
Berdalih menggunakan gadget dapat mengundang rasa kantuk adalah hal yang salah, hal itu akan menjadi keterusan dan menyebabkan overthinking. Bermula dari sinilah, tidur menjadi sulit dan akhirnya insomnia.
Terapkan Screen Time yang Ideal
Screen time adalah durasi waktu penggunaan gadget di luar kebutuhan. Idealnya penggunaan gadget adalah dua jam sehari, itu di luar kebutuhan seperti waktu kerja dan menyelesaikan tugas-tugas kelas.
Apabila berlebihan dan keseringan, maka selain menyita waktu, hal itu mengurangi produktivitas dalam beraktivitas. Oleh karena itu, memonitoring diri sendiri itu penting, agar tidak berkepanjangan dan menjadi brain rot.
Memanfaatkan Waktu Luang dengan Baik
Mengisi waktu luang dengan hal-hal yang berarti, seperti bersosialisasi, mengerjakan tugas, belajar, berolahraga, dan lain sebagainya. Selain itu, mengistrahatkan badan juga penting untuk mengisi waktu luang.
Dampak brain rot tidak hanya mengancam kesehatan orang dewasa, tetapi juga anak-anak dapat mengalaminya. Oleh karena itu, anak-anak harus tetap dalam pengawasan orang tua, ketika menggunakan media sosial.
Wallahu A’lam
Oleh Nartati