Fakta Pesantren: Simak Jejak Sejarah dan Perannya di Indonesia

Fakta Pesantren dan Perannya di Indonesia

SANTRI DEVELOPER Pesantren merupakan lembaga pendidikan dan sosial keagamaan di mana para kyai juga berperan sebagai pemimpin agama dan panutan bagi warga. Pendidikan islam di pesantren menarik untuk kita bahas lebih lanjut.

Sebagai tempat belajar agama Islam, pesantren mengajarkan dan mengatur setiap aktivitas mereka berdasarkan nilai-nilai Islam.

Melansir dari laman repository.uinsu.ac.id, pesantren sebagai lembaga sosial keagamaan, memiliki hubungan yang erat dengan masyarakat sekitar.

Perannya sangat penting dalam membentuk serta memberikan corak dan nilai kehidupan kepada masyarakat.

Nurcholis Madjid, dalam bukunya Bilik Pesantren: Sebuah Potret Perjalanan, menjelaskan bahwa pesantren adalah lembaga pendidikan Islam yang telah lama ada, menjadi simbol keislaman dan keaslian budaya Indonesia.

Pesantren meneruskan sistem kehidupan yang sudah ada sejak masa Hindu-Budha dengan mengislamisasikannya.

Pesantren juga dikenal sebagai lembaga pendidikan agama non-formal, beroperasi dalam kerangka pendidikan masyarakat. Memiliki program pendidikan yang mandiri dan tidak terlalu terikat pada aturan formal.

Program ini menggabungkan proses belajar formal, pembelajaran informal, dan pengembangan karakter santri dengan sistem asrama. Pesantren tidak hanya sekadar tempat belajar, tetapi juga mengajarkan gaya hidup hemat dan sederhana.

Pengertian Pesantren

Beberapa Ulama Indonesia telah memberikan berbagai definisi tentang pesantren. Abdurrahman Wahid dalam karya yang berjudul Menggerakkan Tradisi, Esei-esei Pesantren, menjelaskan pesantren secara teknis sebagai tempat di mana santri tinggal.

Mahmud Yunus mendefinisikannya dalam buku Sejarah Pendidikan Islam di Indonesia, sebagai tempat di mana santri mempelajari agama Islam.

Abdurrahman Mas’ud melihat pesantren sebagai tempat di mana santri menghabiskan sebagian besar waktu mereka untuk hidup dan belajar ilmu pengetahuan.

Pernyataan ini terdapat dalam buku Pendidikan Islam, Demokrasi dan Masyarakt Madani karya Ismail SM. Zamakhsyari Dhofir dalam karya Tradisi Pesantren, Studi tentang Pandangan hidup Kyai, memberikan definisi yang lebih komprehensif, mengartikan pesantren sebagai lembaga pendidikan Islam yang melibatkan pondok, masjid, santri, dan pengajaran kitab kuning di bawah bimbingan seorang Kyai atau Ulama.

KH Imam Zarkasyi, pendiri Pesantren Modern Gontor di Jawa Timur, menambahkan bahwa pesantren adalah lembaga pendidikan Islam dengan sistem asrama atau pondok, dengan Kyai sebagai figur sentral, masjid sebagai pusat aktivitas spiritual, dan pengajaran agama Islam kepada santri sebagai fokus utama.

Secara keseluruhan, definisi-definisi ini menunjukkan bahwa pesantren bertujuan untuk mendalami ilmu agama Islam secara mendalam dan menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari dengan penekanan kuat pada moral dan akhlak dalam konteks masyarakat.

Adaptasi Pesantren dalam Menghadapi Perubahan

Pesantren tetap bertahan dan kuat sampai saat ini karena mereka telah melakukan adaptasi dan penyesuaian dalam sistem pendidikannya.

Dalam buku Pesantren, Madrasah, dan Sekolah: Pendidikan Islam dalam Kurikulum, Karel A. Steenbrink menjelaskan bahwa pesantren merespon munculnya pendidikan sekuler dan madrasah dengan cara “menolak dan mencontoh”.

Pesantren melakukan penyesuaian seperti sistem penjenjangan pendidikan dan kurikulum yang lebih terstruktur untuk mendukung keberlangsungan eksistensinya.

Saat ini, pesantren tidak hanya berlokasi di pedesaan tetapi juga telah berkembang di perkotaan dan bahkan di kota-kota besar di Indonesia.

Para lulusannya tidak hanya fokus pada aktivitas keagamaan, tetapi juga mengejar pendidikan tinggi di berbagai institusi pendidikan.

Fenomena pesantren modern yang muncul dalam beberapa dekade terakhir adalah hasil dari berbagai perubahan yang terus berlangsung.

Meskipun demikian, nilai-nilai keislaman yang dikembangkan oleh pesantren tetap kuat dan diminati oleh masyarakat.

Meskipun ada beberapa pesantren yang mengadopsi label “Pesantren Modern”, perbedaannya dengan pesantren tradisional tidak begitu kentara. Perbedaan utamanya terletak pada kurikulum dan sistem manajemen atau organisasinya.

Pesantren tradisional lebih fokus sebagai lembaga pendidikan Islam dan dakwah, sementara pesantren modern cenderung mengejar kualitas pendidikan untuk mengubah persepsi bahwa pendidikan Islam ketinggalan zaman.

Seiring dengan perkembangan zaman dan sistem pendidikan, beberapa pesantren mengikuti perubahan ini, sementara yang lain tetap mempertahankan sistem lama dengan pengembangan beberapa aspek.

Jenis dan Model Pesantren

Secara umum, pesantren terbagi dalam dua kelompok besar: pesantren salafiyah (klasik), yang menekankan kitab-kitab Islam klasik sebagai inti pendidikannya, dan pesantren modern yang memasukkan pelajaran umum di madrasahnya, atau bahkan membuka sekolah umum dalam lingkungan pesantren.

Berdasarkan penelitian Hamid Fahmy Zarkasyi, yang berjudul Pesantren Khas Nusantara, ia mengelompokkan pesantren ke dalam lima model. 

Pertama, adalah pesantren salafiyah yang mengutamakan pengkajian kitab-kitab klasik dengan metode pengajaran tradisional dan tanpa struktur kelas yang klasikal. Tujuannya adalah untuk meningkatkan akhlak dan mempersiapkan santri dalam mengamalkan ilmu dan akhlak dalam kehidupan sehari-hari.

Kedua, serupa dengan pesantren salafiyah, namun juga mengajarkan kitab-kitab dalam bentuk klasikal dan non-klasikal, serta menyertakan pelajaran ekstrakurikuler seperti keterampilan dan keorganisasian. 

Ketiga, adalah pesantren salafiyah yang juga membuka madrasah atau perguruan tinggi formal.

Keempat, adalah pesantren yang mengintegrasikan ilmu keterampilan bersamaan dengan ilmu agama sebagai mata pelajaran utama. Sedangkan yang terakhir adalah pesantren yang mengembangkan sistem pendidikan nasional atau internasional.

Secara umum, kurikulum pesantren mengikuti pendidikan tradisional Islam, terutama dari mazhab Syafi’i dan aqidah Ash’ariyah. Strukturnya memiliki tiga tingkatan: dasar (ula), menengah (wustha), dan menengah atas (‘ulya), yang mencakup pengajaran berbagai disiplin ilmu agama.

Wallahu A’lam
Sylvia Kurnia Ritonga (Alumni Ponpes Darussalam Parmeraan, Founder tatsqif.com)

Share Artikel :

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *