Kecerdasan Adversity sebagai Modal Anak Future Ready

kecerdasan adversity

SANTRI DEVELOPER- Mempermudah masa kanak-kanaknya, sama dengan mempersulit masa dewasanya. Kalimat ini merupakan kalimat singgungan, ketika anak tumbuh tanpa kecerdasan adversity

Siapa sangka, kasih sayang yang melimpah kepada anak, malah menjadi bumerang bagi orang tua. Menyayangi anak tanpa ilmu, dapat menjadi malapetaka bagi kehidupannya kelak. 

Anak yang tidak terlatih untuk mandiri sejak kecil, selalu menghindarkannya dari kesulitan, akan menyulitkannya ketika dewasa. Karena setiap tantangan yang datang, akan sulit mereka selesaikan. 

Inilah akibat dari kurangnya kecerdasan adversity. Anak tidak menjadi future ready, atau tidak siap mental dan kemampuan, untuk menghadapi tantangan masa depannya.  

Definisi Kecerdasan Adversity 

Mengutip dari buku sukses menjadi orang tua, karya Tim Psikolog Indonesia, menerangkan bahwa adversity secara bahasa, memiliki arti kesulitan, kemalangan, atau ketidakbahagiaan.

Dengan kata lain, kecerdasan adversity dapat dimaknai dengan kemampuan seseorang, dalam menghadapi kesulitan, tantangan-tantangan, atau kemalangan hidup. 

Melansir dari sampoernauniversity.ac.id, Istilah ini pertama kali dikembangkan oleh Paul G.Stoltz, seorang konsultan terkenal di dunia kerja dan pengembangan skill.

Ia memunculkan pemikiran bahwa, kecerdasan intelektual (IQ) dan kecerdasan emosional (EQ), tidak cukup untuk membuat seseorang meraih kesuksesan. 

Seseorang membutuhkan kemampuan, lebih dari sekedar kuat mental. Cerdas dalam memandang kesulitan, mencari jalan keluar, merupakan kemampuan penentu kesuksesan.

Kewajiban Orang Tua dalam Menerapkan Ilmu Parenting  

Parenting lebih kepada mempersiapkan masa depan anak. Sudah seharusnya, orang tua memiliki ilmu ini Dalam mengasuh anaknya. Allah subhanahu wa ta’ala berfirman dalam surah At-Tahrim ayat 6:

يٰٓاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا قُوْٓا اَنْفُسَكُمْ وَاَهْلِيْكُمْ نَارًا

Artinya: “ Wahai orang-orang yang beriman, jagalah dirimu dan keluargamu dari api neraka.”

Ayat tersebut menyiratkan bahwa, adanya kewajiban orang tua untuk mengasuh, mendidik, dan membimbing anaknya dengan baik dan benar. Oleh karena itu, memiliki ilmu parenting itu adalah sebuah keharusan. 

Salah satu bentuk pengamalan dari perintah Allah SWT, yang terkandung dalam ayat tersebut adalah mendidik anak sejak kecil, bahkan ketika anak berada masih dalam kandungan.

Lebih baik mendidik dan membentuk  anak sejak kecil, dari pada harus membenahi perbuatan buruknya ketika dewasa. Namun, masih banyak orang tua, yang malah melakukan hal sebaliknya. 

Memberikan kasih sayang kepada anak tanpa kurang sedikit pun, adalah sebuah kewajiban. Namun, jika praktiknya tanpa ilmu, maka akan mengarah kepada hal yang tidak baik. 

Menyayanginya dengan selalu memanjakannya, menuruti apapun kemauannya, membuatnya selalu bahagia tanpa ada kesulitan sedikitpun, ternyata praktik yang salah. 

Pada dewasa nanti, anak akan memiliki tingkat kecerdasan adversity yang rendah. Dalam istilah psikologi, kondisi ini disebut dengan fairy tale syndrome

II BACA JUGA : Anak Yatim Berikut Definisi dan Keutama’annya

Fenomena Fairy Tale Syndrome

Fenomena fairy tale syndrome sering terjadi. Sindrom ini dialam oleh individu dewasa, baik laki-laki maupun perempuan, akibat dari tingkat kecerdasan adversity yang rendah. 

Dalam buku sukses menjadi orang tua, para psikolog menjelaskan bahwa, dalam sindrom fairy tale syndrome terbagi menjadi dua istilah, yaitu peter pan syndrome dan cinderella complex

Melansir dari kompasiana.com, istilah peter pan syndrome dan cinderella complex, terinspirasi dari dongeng terkenal, yaitu dongeng peter pan dan cinderella. 

Dalam dongeng tersebut, peter pan adalah bocah lelaki yang selamanya menjadi anak-anak. Sementara, cinderella adalah gadis yang mendambakan hadirnya pangeran tampan sebagai penyelamatnya. 

Lelaki yang mengalami peter pan syndrome, memiliki ciri-ciri mencari hidup nyaman tanpa beban tanggung jawab, tidak suka bekerja keras, kegiatannya banyak main-main, tidak bisa mandiri atau dewasa, dan kurang percaya diri. 

Sedangkan, cinderella complex biasanya terjadi pada perempuan, yang seakan hidup dalam dunia khayalan. Ia selalu mengharapkan orang lain (biasanya lawan jenis) untuk datang menyelamatkannya dari setiap masalah. 

Kedua karakter ini memiliki kecenderungan yang sama, ketika menghadapi masalah. Mereka sangat mudah nelangsa dan larut dalam kesedihan, ketika kemalangan menimpa mereka. 

Masa Depan Anak dengan Fairy Tale Syndrome 

Masa depan anak-anak yang memiliki kecerdasan adversity rendah, akan memiliki sikap yang tidak dewasa dalam melihat masalah. Mereka dibentuk oleh pola asuh orang tua yang salah. 

Anak dengan sindrom ini, sangat mudah tersinggung dengan kritikan, sangat pendendam kepada orang-orang, yang berbuat tidak sesuai dengan apa yang mereka inginkan. 

Selain itu, mereka cenderung memiliki masalah dalam hubungan sosial. Sikap terlalu cinta pada diri sendiri, dan merasa diri paling segalanya, sehingga tidak ada seorang pun yang setara dengan mereka. 

Kurang lebih seperti itulah, masa depan anak-anak yang kecerdasan adversity nya tidak terasah sejak dini. Orang Tua terlalu melindungi, dan tidak membiarkan mereka menghadapi masalah. 

Bagaimana Cara Melatih Kecerdasan Adversity pada Anak

Kecerdasan adversity merupakan sebuah skill. Yang namanya skill, tidak akan terbentuk begitu saja, melainkan harus dilatih untuk bisa terampil dan efeknya bisa bertahan lama sampai puluhan tahun ke depan. 

Mengutip dari buku sukses menjadi orang tua, berikut adalah cara melatih kecerdasan adversity pada anak sejak dini :

  1. Jadilah contoh bagi anak-anak kita. Mereka mudah belajar dengan meniru. Oleh karena itu, menjadi contoh baginya dalam hal kemandirian dan tanggungjawab, sangat baik jika orang tua yang menirukan. 
  2. Berikan tantangan pada anak dan kesempatan menyelesaikan masalahnya sendiri
  3. Berikan anak kesempatan untuk membuat pilihan, dan bertanggung jawab atas konsekuensinya.
  4. Tahan keinginan untuk membantu. Ajarkan anak mandiri dengan menghadapi tantangannya sendiri. Berikan simulasi padanya, untuk mendapatkan jalan keluar dari kesulitannya. 
  5. Berikan apresiasi seberapapun kemampuannya saat itu.

Demikianlah pembahasan terkait dengan kecerdasan adversity, yang penting untuk diketahui orang tua dalam mendidik anaknya.

Share Artikel :

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *