Mengenal Gejala Empty Nest Syndrome dan 5 Cara Mengatasinya

Mengenal empty nest syndrome, gejala empty nest syndrome, cara mengatasi empty nest syndrome,

SANTRI DEVELOPER Saat anak menginjak usia dewasa, sebagian besar dari mereka mencoba merantau dan tinggal jauh dari orang tua. Baik itu untuk melanjutkan pendidikan, urusan pekerjaan, maupun menikah.

Adalah hal yang wajar apabila orang tua mengalami gejolak emosi dan kesepian, khususnya saat anak merantau dan tinggal jauh dari orang tua.

Meskipun terbilang wajar, namun pengalaman seperti ini merupakan sebuah sindrom, yang dinamai sebagai empty nest syndrome

Mengenal Empty Nest Syndrome

Melansir dari health.clevelandclinic.org, empty nest syndrome merupakan permasalahan terkait perasaan rumit yang sebagian orang tua rasakan. Hal ini terjadi ketika anak mereka pindah dari rumah keluarga, untuk memulai kehidupan dewasanya.

Meskipun terdapat istilah sindrom, tetapi empty nest syndrome bukanlah penyakit mental yang dapat didiagnosis. Orang tua yang mengalaminya akan memiliki gejolak emosi dan kesedihan. 

Jenis sindrom ini biasa terjadi di kalangan orang tua. Normal jika orang tua mengalami gejolak emosi, karena melihat masa transisi anak yang beranjak dewasa dan memilih untuk tinggal sendiri atau menikah.

Namun, apabila membiarkan sindrom ini terjadi terus-menerus, maka dapat menyebabkan berbagai gangguan fisik maupun mental yang cukup berbahaya.

|| BACA JUGA: 5 Hal yang Orang Tua Tidak Boleh Bicarakan di Depan Anak

Gejala-Gejala Empty Nest Syndrome

1. Kehilangan Tujuan Hidup

Mengutip dari parents.com, orang tua memiliki kesibukan untuk membesarkan anak, khususnya ketika anak masih kecil hingga remaja. Namun, saat anak beranjak dewasa dan berpindah dari rumah keluarga, orang tua mungkin akan merenungi apa yang harus dilakukan selanjutnya.

Karena awalnya terbiasa mengasuh anak, melepaskan tugas sehari-hari sebagai orang tua bisa menjadi transisi yang sulit.

Selain timbulnya rasa kesepian dan kesedihan, orang tua juga akan merasa seolah-olah tidak lagi memiliki tujuan hidup, karena tugasnya sebagai pengasuh dirasa sudah selesai.

2. Mengidap Tekanan Emosional

Ketika anak sudah dewasa, dan orang tua merasakan berbagai gejolak emosi adalah hal yang wajar.

Ada beberapa emosi yang kerap kali muncul saat orang tua mengalami empty nest syndrome. Mulai dari sedih, marah, gugup akan pernikahan, takut bertambahnya usia, hingga frustasi.

3. Frustasi karena Kehilangan Kontrol

Gejala empty nest syndrome lainnya adalah frustasi karena kehilangan kontrol atas anak. Selama bertahun-tahun, orang tua memiliki cukup banyak kontrol dalam mengatur kehidupan anak. Namun, hal ini akan berubah ketika anak pindah dari rumah keluarga. 

Selama anak pindah, orang tua secara otomatis tidak akan tahu banyak mengenai keseharian mereka seperti dulu. Kurangnya kontrol atas kegiatan anak sehari-hari, bisa membuat orang tua merasa frustasi.

4. Sulit Fokus dengan Pasangan

Dalam proses membesarkan anak, beberapa orang tua mengesampingkan hubungan mereka, dan memusatkan perhatian pada anak.

Jika orang tua telah mengabaikan pernikahannya selama bertahun-tahun, mungkin perlu untuk memperbaiki hubungan kembali, setelah anak pindah.

Ada juga sebagian orang tua yang merasa bahwa reaksi mereka berbeda saat anak tumbuh dewasa. Misalnya, timbul ketegangan ketika salah satu pasangan lebih menghargai hidup tanpa anak di rumah.

Alangkah baiknya untuk membiasakan diri kembali dengan kehidupan sebagai pasangan.

5. Menimbulkan Kecemasan Berlebih

Salah satu gejala empty nest syndrome yang paling sering terjadi di kalangan orang tua adalah perasaan cemas. Ketika anak meninggalkan rumah, wajar jika orang tua merasa khawatir akan bagaimana keadaan mereka.

Memeriksa kabar anak beberapa kali tidak akan membantu hubungan orang tua dengan anak. Hindari menghubungi anak untuk menanyakan momen-momen di masa lalu, atau membahas tentang omelan saat melakukan pekerjaan rumah.

Cara Mengatasi Empty Nest Syndrome

1. Tetap Terhubung dengan Keluarga

Salah satu cara mengatasi empty nest syndrome adalah tetap menjaga komunikasi terbuka dengan anak. Pembicaraan seperti ungkapan rindu, tentu akan membuat orang tua dan anak semakin terhubung.

Bertindak seolah-olah baik-baik saja dan berpura-pura tegar, akan membuat orang tua sulit menanggung empty nest syndrome. Sehingga, penting bagi orang tua untuk terus terhubung dengan anak, asalkan tidak mengganggu kesehariannya.

Tanyakan pada anak mengenai waktu kosongnya untuk berkomunikasi. Metode komunikasi bisa berupa panggilan telepon, pesan teks, atau obrolan video. Namun, ingatlah untuk selalu menghargai batasan anak, saat mereka sedang memulai kehidupannya sendiri.

2. Rayakan Seluruh Pencapaian dalam Membesarkan Anak

Saat anak masih kecil hingga remaja, orang tua akan merasa jauh lebih sibuk dalam membesarkan mereka. Namun, berbeda ketika anak sudah beranjak dewasa dan pindah dari rumah keluarga.

Sebagian orang tua dengan empty nest syndrome, pernah mengalami emosi yang tidak terkendali, dan merasa tidak berharga. Ketimbang memikirkan perasaan tidak berharga, cobalah untuk lebih mengenali pencapaian dalam membesarkan anak selama ini.

Hargai pencapaian atas usaha dalam mengasuh anak. Pasalnya, kesuksesan anak yang membuat mereka percaya diri untuk hidup mandiri, adalah berkat dari pola asuh orang tua yang mendukung.

3. Terlibat dalam Kegiatan Baru

Tidak ada kata terlambat untuk mempelajari dan menikmati aktivitas baru. Mengutip dari calm.com, untuk mengatasi empty nest syndrome, orang tua bisa menikmati hobi baru, seperti bergabung ke dalam komunitas hobi hingga menjadi sukarelawan dalam suatu organisasi. 

Ini adalah cara yang baik untuk bertemu dengan orang baru, serta mengisi waktu kosong dengan pengalaman yang berharga. Menjalani aktivitas baru tentu dapat mengubah hidup, serta memberikan lebih banyak kepuasan dan tujuan hidup.

4. Fokus pada Hal-Hal Positif

Saat empty nest syndrome melanda, cobalah luangkan waktu untuk berpikir positif. Mungkin saja rumah yang lebih tenang atau lebih banyak waktu luang, bisa menjadi kesempatan untuk melakukan hal-hal yang disukai.

Orang tua juga perlu berbangga terhadap pencapaian anaknya. Mulai dari melanjutkan pendidikan ke perguruan tinggi, memiliki pekerjaan yang mapan, dan pencapaian lainnya merupakan tonggak sejarah yang luar biasa.

5. Hindari Membuat Anak Merasa Bersalah

Cara mengatasi empty nest syndrome yang terakhir adalah tidak membuat anak merasa bersalah. Penting bagi orang tua untuk memperhatikan apa yang dibicarakan dengan anak, serta bagaimana melakukannya.

Selama anak jauh dari orang tua, mereka juga sedang menghadapi perasaannya sendiri. Mulai dari cemas, stres, hingga takut. Anak kerap kali merasa seolah-olah turut menanggung beban kesedihan orang tuanya.

Maka dari itu, orang tua berperan penting untuk menjaga keseimbangan dalam hubungan dengan anak. Penting untuk berlatih berkomunikasi secara terbuka, asal tetap memproses perasaan orang tua secara terpisah dari anak.

Wallahu A’lam
Oleh Christa Adventa

Share Artikel :

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *